Cacat tidak menghalangi beliau untuk menuntut ilmu dan bersekolah hingga kuliah dan mencapai predikat professor. Sejak usia 11 tahun sudah mulai menghafal Quran dan ketika menginjak 13 tahun sudah hafal Quran 30 Juz
Adalah Syaikh Ammar Bugis, pria lumpuh berdarah Makassar yang lahir di Amerika Serikat, 22 Oktober 1986.
Nama Bugis diambil dari nama kakek buyutnya yang berasal dari Sulawesi, Syeikh Abdul Muthalib Bugis. Beliau hijrah dari Sulawesi ke Makkah dan mengajar Tafsir di Masjidil Haram.
Syaikh Ammar lumpuh total sejak usia 2 bulan, hanya mata dan mulutnya yang masih berfungsi, walau nada bicaranya agak tidak jelas. Itu semua tak mengurangi semangatnya untuk hidup dan berarti.
Dokter di Amerika sendiri ketika kelahiran beliau bahkan menyampaikan bahwa paling sang bayi (beliau) bisa hidup hingga usia 8 tahun saja. Namun atas Qudratullah jua lah, hingga tua seperti sekarang beliau masih hidup bahkan lebih unggul hidupnya dari kita yang secara fisik lebih sempurna.
Cacat tidak menghalangi beliau untuk menuntut ilmu dan bersekolah hingga kuliah dan mencapai predikat professor. Sejak usia 11 tahun sudah mulai menghafal Quran dan ketika menginjak 13 tahun sudah hafal Quran 30 Juz. Tentunya ini adalah kelebihan yang sangat jarang dimiliki oleh anak-anak zaman sekarang.
Selain itu, ketika di universitas, dia mampu meraih nilai tertinggi (cumlaude) pada jurusan penyiaran dan komunikasi. Beliau juga sebagai dosen di universitas yang ada di AS dan Dubai.
Tak kalah menarik juga bahwa beliau telah mempunyai anak yang sekarang sudah berusia 14 tahun. Subhanallah! Sungguh mulia wanita yang mau dan ridha bersuamikan beliau.
Mengawali nasihatnya di hadapan para dosen dan mahasiswa LIPIA Jakarta, Syaikh Ammar mengomentari sebuah pepatah yang mengatakan bahwa akal yang selamat hanyalah terdapat pada badan yang sehat, menurutnya hal ini kurang tepat.
Selama ini kita mendengar pepatah bahwa akal yang selamat itu terdapat pada badan yang sehat. Padahal semestinya adalah akal yang selamat hanyalah terdapat pada hati yang sehat,” kata Ammar mengawali nasihatnya.
Hal ini, kata Ammar, terdapat di dalam hadits. “Jika sepotong daging itu baik, maka baiklah seluruhnya. Ketahuilah bahwa ia adalah hati.”
Saat beliau menceritakan kesabaran dan ketelatenan ibunya dalam mengurus dan menjaganya sehingga ia saat ini menjadi seorang hafidz Al Quran, para mahasiswa yang hadir menangis tersedu-sedu. Bahkan ada beberapa dosen yang bertakbir keras sambil menangis.
Beliau pun menyayangkan banyak kaum Muslimin yang memiliki fisik sempurna tapi hatinya tidak sesempurna fisiknya. “Banyak di antara kita yang memiliki fisik sempurna, tapi hatinya tidak sesuai dengan fisiknya,” katanya.
Beliau pun menyarankan kepada para mahasiswa agar giat menghafal Al Quran dan jangan mudah putus asa. “Hafalkan Al Quran, lakukan dengan ayat-ayat yang pendek terlebih dahulu. Saya pun dulu melakukannya demikian, sampai waktu itu saya bisa menghafal satu juz dalam sehari,” ujarnya.
Sehingga menurut beliau bahwa cacat yang sesungguhnya adalah orang yang cacat berpikir, cacat kemauan, cacat perjuangan dan sejenisnya.
Dan beliau pun menyampaikan bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan menanya kalian (jamaah yang hadir), yang cacat saja mampu menghafal, sedang kalian yang bisa bergerak?
Di antara pesan yang disampaikan Syaikh Ammar untuk jamaah adalah agar menunaikan rukun Islam yang lima: Bersaksi tiada Tuhan selain Allah subhanahu wa ta’ala dan Muhammad rasul-Nya, Sholat lima waktu, puasa dan zakat serta naik haji ke baitullah bagi yang mampu.
Banyak musuh Allah subhanahu wa ta’ala yang menghina Rasulullah (baru-baru ini). Maka pesan beliau, bela lah Rasulullah dengan cara melaksanakan Sunnah Rasulullah dalam kehidupan rumah tangga, masyarakat, sekolah, kantor, pabrik dan sebagainya. Bukan dengan jalan teriak-teriak (demonstrasi) dan kekerasan.
Juga gunakan lah pula teknologi dalam membela Rasulullah, melalui internet, twiter, facebook dan sejenisnya. Ceritakan keagungan pribadi Rasulullah melalui kisah-kisah dan sebagainya.
Pada kaum wanita, beliau berpesan agar senantiasa menggunakan hijab yang sesuai syariat. Karena wanita ibarat mutiara yang nilainya tinggi. Jika ia mudah dilihat dan dipegang semua orang di jalan-jalan, niscaya murahlah nilainya.
Pada jamaah laki-laki beliau berpesan agar berbuat baik pada para istri, jangan pernah mencaci, memukul atau menghinakan istri. Satu yang juga beliau tekankan adalah jangan sampai jamaah pergi ke tukang sihir atau dukun. Juga agar senantiasa bersyukur atas nikmat Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Setelah kurang lebih satu jam, ceramah ditutup, tiba-tiba seorang dosen dan pakar Ushul Fiqih asal mesir, DR. Azazi, menemuinya dan mencium keningnya.
Sungguh keadaan Syaikh Ammar yang cacat dapat menjadi pelajaran bagi kita yang sempurna secara fisik. Beliau yang cacat saja mampu berprestasi, lalu bagaimana dengan kita?
Subhanallah.. Alhamdulillah.. Allahu Akbar.. (**)
[answer.2.content]